Banyak orang tidak menyadari bahwa asap dapur bisa picu kanker paru jika terpapar terus-menerus tanpa perlindungan yang memadai. Memasak memang merupakan aktivitas harian yang tampak sepele, tetapi di balik aroma sedap makanan yang dimasak, terdapat risiko tersembunyi yang bisa membahayakan kesehatan paru-paru. Hal ini terutama terjadi ketika kegiatan memasak dilakukan di ruangan tertutup, tanpa ventilasi baik, dan menggunakan minyak yang menghasilkan asap berbahaya.
Salah satu pemicu utama risiko kanker dari aktivitas memasak adalah asap dapur. Asap ini mengandung berbagai senyawa kimia berbahaya seperti polyaromatic hydrocarbons (PAHs), aldehid, dan heterocyclic amines (HCAs) yang dihasilkan dari pembakaran minyak dan makanan, terutama jika memasak dengan suhu tinggi seperti menggoreng, membakar, atau memanggang.
Menurut penelitian dari International Agency for Research on Cancer (IARC)—organisasi di bawah naungan WHO—beberapa partikel dalam asap dapur diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia. Ini berarti bahwa paparan jangka panjang terhadap asap dapur dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker paru-paru, bahkan jika orang tersebut tidak merokok.
Beberapa studi di Asia Timur menunjukkan bahwa wanita yang sering memasak di dapur yang minim ventilasi memiliki risiko kanker paru yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang menggunakan dapur dengan ventilasi baik. Di Tiongkok, misalnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita non-perokok yang sering terpapar asap dapur memiliki kemungkinan lebih besar mengidap kanker paru daripada mereka yang tidak memasak.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko antara lain adalah ventilasi dapur yang buruk, penggunaan minyak goreng berulang kali (jelantah), serta metode memasak bersuhu tinggi seperti deep frying. Jenis minyak yang digunakan juga berpengaruh. Minyak seperti minyak kedelai dan minyak jagung, jika dipanaskan terlalu tinggi, lebih mudah menghasilkan asap dan senyawa kimia berbahaya dibandingkan minyak dengan titik asap tinggi seperti minyak kanola atau minyak zaitun light.
Paparan asap dapur yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala umum yang sering muncul antara lain batuk kering, sesak napas, atau rasa tidak nyaman di dada. Jika terpapar dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, hingga kanker paru.
Untuk mengurangi risiko ini, ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan. Pertama adalah memastikan dapur memiliki ventilasi baik. Buka jendela saat memasak atau pasang exhaust fan agar asap bisa segera keluar dari ruangan. Jika memungkinkan, gunakan cooker hood yang terhubung ke saluran keluar udara.
Kedua, kurangi metode memasak yang menghasilkan banyak asap, seperti menggoreng atau membakar. Sebagai alternatif, pilih metode seperti merebus, mengukus, atau memanggang dalam oven. Selain lebih sehat, cara ini juga tidak menghasilkan banyak residu asap.
Ketiga, gunakan minyak goreng dengan titik asap tinggi agar tidak cepat terbakar dan menghasilkan zat berbahaya. Hindari juga penggunaan minyak yang sudah digunakan berulang kali karena zat karsinogeniknya cenderung meningkat seiring pemakaian.
Keempat, saat menggoreng atau menumis, gunakan penutup wajan untuk membatasi sebaran asap dan uap minyak ke seluruh ruangan. Setelah memasak, pastikan dapur segera dibersihkan untuk menghilangkan sisa partikel yang bisa mengendap di permukaan dan ikut terhirup di kemudian hari.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan dampak kualitas udara dalam ruangan terhadap kesehatan, penting bagi setiap individu—terutama yang bertanggung jawab atas kegiatan memasak sehari-hari—untuk memperhatikan lingkungan dapur mereka. Perlindungan dari asap dapur bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi juga investasi jangka panjang terhadap kesehatan paru-paru.