Dalam beberapa tahun terakhir, istilah industri kreatif makin populer terdengar. Industri kreatif secara luas dapat diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan komersialisasi kreativitas, ide, pengetahuan, dan informasi.

Secara spesifik, industri kreatif menggambarkan bisnis dengan kreativitas sebagai ‘ruh’ penggerak. Misalnya saja, desain, penerbitan, arsitektur, pembuatan film dan video iklan, game, arsitektur, seni pertunjukan, hingga kerajinan tangan.

Industri kreatif juga bisa dimaknai sebagai proses penciptaan ide dan kreativitas dari satu individu atau sekelompok orang yang bisa menghasilkan bentuk karya tanpa harus melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam. Hasil penciptaan tersebut nantinya bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.

Kreativitas yang dilakukan sedapat mungkin membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan di sekitarnya. Karena itu, diperlukan dukungan yang besar bagi industri kreatif. Terlebih lagi, saat ini, industri kreatif juga berhubungan erat dengan UMKM. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh kedua sektor ini, diharapkan industri kreatif bisa menjadi penopang perekonomian di tengah makin berkurangnya sumber daya alam yang tersedia.

Perkembangan Industri Kreatif di Dunia dan Indonesia

Industri kreatif memiliki sejarah perkembangan yang cukup panjang di dunia. Ini dimulai pada tahun 1990 silam. Saat itu, penurunan produktivitas dialami oleh kota-kota di Inggris karena banyak pusat industri dan manufaktur yang dipindahkah ke negara-negara berkembang. Penurunan tersebut konon disebabkan karena harga bahan baku, biaya produksi, serta jasa buruh di negara berkembang jauh lebih murah. Tak heran jika banyak pengusaha yang melakukan relokasi untuk bisa mempertahankan keuntungan yang optimal.

Karena kondisi perekonomian yang makin terpuruk, Tony Blair–saat ini merupakan calon perdana menteri Inggris—bersama New Labor Party memberikan rekomendasi agenda pemerintahaan untuk meningkatkan moralitas sekaligus kualitas hidup masyarakat Inggris. Hal tersebut dilakukan demi memastikan Inggris tetap menjadi leader dalam dunia milenium baru. Salah satu langkah yang dilakukan kala itu adalah dengan membuat NESTA (National Endowment for Science and the Art). Tujuannya adalah membantu bakat-bakat muda di Inggris untuk berkembang lewat pendanaan.

Pasca kemenangannya dalam pemilihan umum tahun 1997, Blair lewat DCMS (Department of Culture, Media and Sports (DCMS) membentuk Creative Industries Task Force. Misinya adalah untuk meningkatkan awareness penduduk Inggris mengenai peran industri kreatif dalam mendukung ekonomi negara mereka.

DCMS kemudian mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang terbentuk dari kreativitas, keterampilan, dan bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok. Mereka memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan dan dapat menciptakan lapangan kerja lewat generasi dan eksploitasi kekayaan intelektual dan konten. Definisi ini kemudian digunakan oleh banyak negara di dunia, salah satunya Indonesia.

Di Indonesia, industri kreatif sekarang berada di dalam naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kemenparekraf merumuskan industri kreatif sebagai sub-sektor kreatif dengan jenis industri kreatif antara lain:

Game development atau pengembang permainan. Meningkatnya penetrasi internet membuat peminat game makin bertambah. Ini sekaligus membuka kesempatan yang lebih besar bagi game developer dalam negeri untuk terus memberikan produk yang menarik dan inovatif.

Kriya atau kerajinan tangan yang sangat dekat dengan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

Desain interior. Dalam website resmi Kemenparekraf disebutkan bahwa selama 2 dekade terakhir, sub-sektor desain interior mengalami peningkatan di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia mulai memberikan apresiasi lebih terhadap jasa desainer interior.

Musik. Dalam dunia showbiz, musik merupakan industri yang sangat menjanjikan. Hal ini terlihat dengan munculnya bakat-bakat baru setiap tahunnya. Beberapa di antara musisi lokal bahkan sekarang sukses berkarier di kancah internasional.

Seni rupa. Dari sisi kualitas, kuantitas, potensi pasar hingga produktivitas, Indonesia punya potensi paling besar dalam bidang seni rupa dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Desain produk. Lewat kreasi desain yang menarik dengan penggabungan estetika dan fungsi, produk yang dihasilkan akan memiliki nilai tambah.

Fashion. Berjalan dengan dinamis, fashion adalah sub-sektor industri kreatif yang senantiasa berubah sepanjang zaman. Gaya baru terus bermunculan menghasilkan peningkatan daya saing, tidak hanya secara nasional tapi juga di tingkat global.

Kuliner. Sebanyak 30% dari total pendapatan sektor pariwisata berasal dari kuliner. Tidak hanya sajian warisan dari nenek moyang, beragam inovasi baru di dunia kuliner turut meningkatkan peluang bagi majunya sub-sektor kuliner.

Film, animasi, dan video. Meski masih memiliki sejumlah tantangan, industri perfilman Indonesia saat ini sedang berkembang ke arah yang positif. Ini terbukti dengan makin beragamnya tema film lokal yang muncul di pasaran.

Fotografi. Makin meningkatnya minat generasi muda pada fotografi membuat sub-sektor ini mengalami kenaikan popularitas. Ditambah dukungan media sosial dan alat fotografi yang makin terjangkau, fotografi Indonesia sangat menjanjikan.

Desain Komunikasi Visual. Kehadiran praktisi lokal yang kompeten di bidang Desain Komunikasi Visual turut mendukung lancarnya program pemerintah dan pertumbuhan berbagai sektor bisnis.

Televisi dan radio. Meski perkembangan informasi digital sangat pesat, televisi dan radio masih memiliki peran besar dalam menyerap tenaga kerja dan PDB (Produk Domestik Bruto).

Arsitektur. Dalam pembangunan sebuah kota, arsitektur tidak hanya berperan dalam pembuatan cetak biru tetapi juga menunjukkan karakter dan budaya bangsa Indonesia.

Periklanan. Sebagai media yang paling efisien untuk mempromosikan dan mempublikasikan produk, industri perikalan memiliki potensi yang tidak perlu dipertanyakan. Setiap tahunnya, nilai belanja iklan nasional tumbuh sebanyak 5-7%. Potensi yang besar ini tentu perlu dibarengi dengan tersedianya tenaga kerja yang mumpuni.

Seni pertunjukan. Sebagai negara yang kaya akan budaya, ada banyak potensi yang bisa ditampilkan dalam bentuk pertunjukan. Sebut saja tarian, teater, hingga wayang. Seni pertunjukan ini tidak hanya diakui di dalam negeri saja, tetapi juga di kancah internasional.

Penerbitan. Meski potensinya tidak sebesar sub-sektor yang lain, industri penerbitan Indonesia sangat menjanjikan. Kehadiran penulis, cendekiawan, dan sastrawan baru berperan besar dalam pertumbuhan industri penerbitan. Pemerintah pun terus memberikan dukungan mulai dari membuka pasar domestik dan global serta kebijakan pajak untuk meringankan beban perusahaan penerbitan.

Aplikasi. Pertumbuhan pesat pengguna smartphone di tanah air membuat pengembang aplikasi ramai bermunculan. Sub-sektor ini terbilang sangat menjanjikan, terutama jika didukung dari berbagai sub-sektor lain yang memanfaatkannya.

Semua sub-sektor di atas terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan saling mendukung satu sama lain.

Kreatifnya Bangsa Indonesia

Berdasarkan data Global Creativity Index (di-update terakhir kali 6 tahun yang lalu), tingkat kreativitas Indonesia masih termasuk rendah. Dibanding dengan negara-negara maju, Indonesia berada pada peringkat 115 dari 139 negara. Meski begitu, pertumbuhan industri kreatif di dalam negeri tetap layak mendapat acungan jempol, apalagi dengan berbagai produk kreativitas bangsa ini yang mendunia.

Berdasarkan data dari Kominfo, per tahun 2022 ini, ada setidaknya 8,2 juta pengusaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kriya, kuliner, dan fashion. Pemerintah terus memberikan dukungan terbaik bagi para pelaku ekonomi kreatif mulai dari mengadakan festival, membuat wahana kreatif, hingga beragam pelatihan untuk meningkatkan jangkauan pemasaran.

Ini dibuktikan dengan munculnya berbagai produk kreativitas anak bangsa yang mendunia. Beberapa produk ekraf dalam negeri yang sukses sampai ke pasar internasional antara lain adalah:

Batik

Bukan rahasia lagi kalau batik adalah warisan budaya yang membanggakan bagi Indonesia. Batik kita diakui secara resmi oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Beragam batik yang bisa ditemukan di berbagai kota di Indonesia membuat batik makin menarik di mata pasar internasional.

Angklung

Di antara sekian banyak alat musik tradisional di Indonesia, angklung berhasil menarik perhatian dunia. Angklung sendiri sudah dipatenkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2010 lalu.

Kain Tenun Khas Sasak

Selain batik, kain tenun khas Sasak juga merupakan warisan budaya yang menunjukkan betapa kayanya negara kita. Kain tenun yang berasal dari Suku Sasak di Lombok, NTB (Nusa Tenggara Barat) itu sudah diwariskan dari nenek moyang mereka secara turun-temurun.

Desa Sade di Rembitan adalah desa yang yang dikenal sebagai penghasil kain tenun Sasak. Ada dua jenis kain tenun yang diproduksi di desa ini, yakni tenun ikat (dibuat oleh kaum pria) dan tenun songket (dibuat oleh kaum wanita). Jika Anda berkesempatan datang ke sana, Anda bisa belajar langsung cara membuat tenun Sasak atau membelinya.

Wayang Kulit

Selain menjadi salah satu produk kriya yang populer, pertunjukan wayang kulit juga secara resmi telah diakui UNESCO sebagai karya budaya yang mengagumkan. Pengakuan yang diterima pada tahun 2003 silam ini membuat banyak wisatawan datang ke negara kita untuk belajar seni wayang. Wayang bahkan sekarang telah dipentaskan di berbagai negara di dunia.

Perkembangan UMKM dan Kaitannya dengan Ekonomi Kreatif

Jika dilihat dari pengertiannya, UMKM dan ekonomi atau industri kreatif adalah dua hal yang berbeda. UMKM menunjukkan usaha berdasarkan besaran modalnya. Sementara itu, industri kreatif merupakan jenis usaha yang menggunakan ide atau gagasan intelektual untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang bernilai ekonomi.

Pada kenyataannya, UMKM dan ekonomi kreatif sebenarnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Para pelaku usaha dituntut untuk dapat berinovasi dan menggunakan kreativitas yang mereka miliki. Hal ini termasuk dengan para pelaku UMKM yang harus pintar dalam melihat peluang dalam melakukan inovasi. Tidak hanya dalam menciptakan produk baru, tetapi mereka juga mencari peluang dalam pemasaran, distribusi, promosi, dan masih banyak lagi.

Di antara 17 sub-sektor industri kreatif yang diklasifikasikan oleh Kemenparekraf, beberapa di antaranya berkaitan langsung dengan UMKM. Apa saja contohnya?

Industri kreatif kriya. Jika Anda melihat ke daerah-daerah di Indonesia, pengrajin kriya kebanyakan masih berskala mikro, kecil, dan menengah.

Kuliner. Hal yang sama juga berlaku dengan industri kuliner. Meski banyak pengusaha skala besar di bidang ini, tidak sedikit pengusaha kuliner yang termasuk UMKM. Mereka juga membutuhkan dukungan dari sub-sektor industri kreatif lainnya seperti fotografi dan desain kemasan untuk bisa meningkatkan nilai jual produk.

Hingga saat ini, industri kreatif Indonesia masih terus berkembang. Mari kita nantikan inovasi-inovasi baru yang akan membuat industri ini makin dikenal luas oleh dunia!

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini